Senin, 01 Desember 2014

Tekhink Budidaya Belut Dalam Tong


 

Budidaya Belut dalam Tong
Belut merupakan binatang air yang digolongkan dalam kelompok ikan. Berbeda dengan kebanyakan jenis ikan lainnya, belut bisa hidup dalam lumpur dengan sedikit air. Binatang ini mempunyai dua sistem pernapasan yang bisa membuatnya bertahan dalam kondisi tersebut.
Jenis belut yang paling banyak dikenal di Indonesia adalah belut sawah (Monopterus albus). Di beberapa tempat dikenal juga belut rawa (Synbranchus bengalensis). Perbedaan belut sawah dan belut rawa yang paling mencolok adalah postur tubuhnya. Belut sawah tubuhnya pendek dan gemuk, sedangkan belut rawa lebih panjang dan ramping.
Bagi Anda yang ingin budidaya belut tetapi tidak mempunyai lahan yang cukup, budaya belut dalam tong adalah alternatif yang bisa Anda coba. Jenis drum yang dapat digunakan adalah drum seukuran drum bekas oli yang sering kita jumpai. Caranya adalah dengan melubangi sisi drum tersebut selebar +/- 30 cm secara memanjang dari atas ke bawah. Kemudian, drum yang sudah dilubangi sisinya tersebut direbahkan dengan posisi lubang di atas. Anda juga dapat menyambung drum-drum tersebut untuk mendapatkan kolam yang panjang. Tentu saja Anda harus mengelas sambungan drum agar drum tidak bocor saat diisi air.
Penting untuk Anda ketahui dalam budidaya belut, bahwa sebelum drum diisi air, drum harus dicat terlebih dahulu agar terhindar dari karat saat terisi air. Baru setelah catnya kering, drum diisi dengan lumpur dengan sampai dengan ketebalan +/- 50 cm. Kemudian drum dapat diisi air sampai permukaan air kurang lebih 5 – 10 cm di atas lumpur.
Langkah selanjutnya adalah mengkondisikan kolam drum agar seperti habitat belut sebenarnya. Caranya dengan menanami eceng gondok di dalam kolam drum. Eceng gondok ini juga berfungsi untuk memproduksi oksigen bagi belut yang Anda pelihara di dalam drum. Sebagai acuan, jumlah ideal eceng gondok dalam drum adalah kurang lebih 30% dari luas permukaan air di dalam drum.
Temperatur yang terlalu panas tidak baik dalam pembudidayaan belut. Oleh karenanya, drum sebaiknya tidak diletakkan di tempat yang langsung terkena sinar matahari.
Jika Anda memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka besar kemungkinan budidaya belut dalam drum akan memberikan hasil yang memuaskan buat Anda. Jangan lupa bahwa prospek budaya belut sangat baik untuk keadaan pasar saat ini.

Kolam Budidaya Belut
Untuk budidaya belut, Anda harus mengetahui terlebih dahulu kolam yang baik untuk belut dapat tumbuh. Secara garis besar, teknik budidaya belut tidaklah terlalu sulit. Kolam tempat budidaya belut harus selalu mendapat sirkulasi air yang terus menerus, walaupun debit airnya kecil. Yang penting, usahakan selalu ada air yang masuk dan ada pula air yang keluar. Dengan selalu adanya sirkulasi air, maka kandungan oksigen dalam air kolam selalu terjaga. Selain itu, sirkulasi air yang terus menerus akan menjaga kondisi air kolam agar tidak cepat keruh. Jika tidak ada sirkulasi air, maka kolam belut akan menjadi kotor dalam waktu 2 sampai 3 hari. Tentu saja hal ini akan merepotkan Anda untuk membersihkannya.


Kolam budidaya belut pada dasarnya dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu:
  1. kolam induk belut (kolam untuk mendapatkan benih belut)
  2. kolam untuk benih belut (ukuran belut 1 s/d 2 cm)
  3. kolam belut tanggung (ukuran belut 3 s/d 5 cm)
  4. kolam pertumbuhan / pembesaran untuk konsumsi, yang terbagi lagi menjadi 2 tahap: Tahap ukuran 5 s/d 8 cm sampai membesar menjadi 15 s/d 20 cm, dan selanjutnya tahap ukuran 15 s/d 20 cm sampai membesar menjadi ukuran 30 s/d 40 cm yang siap untuk dipanen
Umumnya kolam-kolam tersebut adalah sama, namun hanya ukuran dan kapasitasnya saja yang berbeda bergantung pada daya tampungnya.
Biasanya kolam induk belut dapat diisi oleh 6 ekor belut / m2. Kolam benih belut dapat diisi oleh kurang lebih 500 ekor belut / m2. Kolam belut tanggung dapat diisi 250 ekor belut / m2. Sedangkan kolam pertumbuhan tahap pertama dapat diisi 100 ekor belut / m2 dan tahap kedua atau tahap akhir dapat diisi 50 ekor belut / m2.
Waktu pemeliharan atau budidaya belut sendiri dapat dikategorikan sebagai berikut; dari bibit belut sampai menjadi belut tanggung kurang lebih membutuhkan waktu satu bulan (sampai ukuran +/- 5 cm). Kemudian belut tanggung ini membutuhkan waktu kurang lebih 2 s/d 4 bulan sampai menjadi ukuran +/- 30 cm yang siap untuk dikonsumsi, jika Anda menerapkan tehnik budidaya belut yang  benar. Namun demikian, Anda tidak perlu khawatir, karena pada dasarnya cara budidaya belut adalah relatif mudah untuk dipelajari.

Cara Memberi pakan dalam budidaya belut
Dalam budidaya belut, cara memberikan pakan yang benar adalah hal yang wajib diperhatikan. Karena jika tidak, belut yang Anda ternak tidak akan dapat berkembang dengan baik.
Pemberian pakan dalam budi daya ikan belut cukup dilakukan satu kali dalam sehari. Hal ini yang membuat budidaya belut relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan budidaya lele atau ternak ikan lainnya. Waktu yang baik dalam pemberian pakan belut adalah di waktu sore hari. Mengapa sore hari? Karena belut adalah binatang nocturnal, atau binatang yang mencari makan di malam hari. Terutama jika Anda melakukan budidaya belut sawah.
Jenis pakan yang baik bagi belut adalah cacing sutra, bekicot, ikan kecil, atau keong emas. Anda dapat campurkan pelet pada pakan belut tersebut dengan campuran satu berbanding satu. Sebagai contoh, jika Anda memberikan 1 kg bekicot, maka Anda dapat mencapurkannya dengan 1 kg pelet. Sesuaikan jumlah pakan yang Anda berikan dengan jumlah belut yang Anda pelihara.
Satu hal penting yang Anda harus ketahui adalah sifat kanibalisme belut. Di saat belut mengalami perubahan kelamin, maka belut cenderung menjadi hewan kanibal atau pemakan sesamanya. Oleh karenanya, pemberian pakan harus tepat waktu dan cukup jumlahnya. Terlebih lagi jika Anda memilih budidaya belut super, maka jumlah pakan yang diberikan pun harus lebih banyak dibanding budidaya belut parung, atau budidaya belut lainnya.
Ada baiknya jika Anda juga mengikuti pelatihan budidaya belut yang mungkin diselenggarakan oleh dinas peternakan di kota Anda. Dengan mengetahui cara budidaya belut air bersih yang benar, maka hasil yang Anda dapatkan juga akan maksimal.

Prospek Budidaya Belut
Prospek budidaya belut sungguh sangat cerah. Jika dilihat dari trend permintaan pasar untuk belut yang selalu meningkat, dengan mudah dapat diprediksikan bahwa peluang bisnis ini cukup menjanjikan bagi para pengusaha kecil dan menengah, bahkan bagi para pemula yang hanya mempunyai modal usaha yang relatif kecil! Misalnya dengan ternak belut air bersih, atau mungkin budidaya belut parung, atau bahkan budidaya belut dalam tong sekalipun, Anda akan mendapatkan prospek keuntungan yang cukup baik, sehingga peluang bisnis ini adalah peluang bisnis yang patut untuk ditekuni.
Dilihat dari jumlah pemasok belut, bisa dikatakan bahwa jumlahnya tidak terlalu banyak. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tingkat persaingan budidaya belut pun masih relatif rendah. Dengan permintaan pasar saat ini yang tinggi, Anda bisa simpulkan sendiri bahwa budi daya ikan belut mempunyai prospek yang baik. Namun demikian, sayangnya pilihan budidaya belut yang diadakan pemerintah masih belum terlalu banyak, sehingga Anda harus mencari sendiri sumber informasi dan teknik budidaya belut.
Masalah permodalan pun bukan menjadi masalah utama dalam budidaya belut. Ini dikarenakan modal yang dibutuhkan dalam budidaya ini relatif murah. Anda pun dapat memanfaatkan pekarangan rumah Anda dalam budidaya ini. Ruang yang dibutuhkan pun relatif kecil, bahkan Anda juga dapat memulai budidaya belut dalam tong jika Anda tidak mempunyai pekarangan rumah yang luas. Alternatif lainnya adalah dengan memanfaatkan sawah. Dengan budidaya belut sawah, para petani dapat meraih kentungan ganda, yaitu hasil panen dari sawah dan hasil panen dari budi daya belut, trimakasih. semoga bermanfaat

Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal



Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal

Pertimbangan Teknis Kolam terpal
Kolam terpal ini bisa di jalankan di medan yang tidak memungkinkan untuk membudidayakan ikan. Misalnya tanah dengan medan propos, tanah pasir, ruang sempit, dan lain-lain.
Keunggulan:
  • Praktis dan mudah
  • Investasi kecil
  • Tidak mudah terkena banjir
  • Kontaminasi dengan tanah yang tidak diketahui kualitasnya dapat dihindari
  • Kontrol terhadap kualitas dan kuantitas air lebih mudah
  • Mudah melakukan pengeringan dan pembersihan
  • Mudah melakukan panen
  • Bisa dipindahkan
Jenis budidaya:
a. Budidaya Lele untuk Pembibitan
Bagi anda yang ingin menjalankan bisnis budidaya lele di segmen pembibitan harus memahami bahwa bisnis ini cukup menjanjikan. Kenapa demikian? karena setelah telur menetas, bibit lele langsung bisa dijual ke para peternak lele.
Sementara secara teknis bibit lele bisa memiliki ukuran 2-3 cm setelah usia penetasan sudah sekitar sebulan. Biasanya pengembangan bibit lele dilakukan pada medan kolam yang berlumpur. Biasanya di sawah dengan ukuran yang luas. Namun hal ini bisa juga di lakukan namun sebaiknya dilakukan di kolam yang berukuran besar agar bibit cepat besar. Apabila kolam terpal berukuran kecil, maka sebaiknya bibit yang dimasukan dalam jumlah kecil saja. Sebagai penunjang pertumbuhan bibit bisa di suplay dengan makanan berupa pelet setiap harinya.
Waktu yang dibutuhkan agar bibit tumbuh dengan ukuran 5-7 cm sekitar 2 bulan. Bibit yang telah menjapai ukuran ini memiliki harga jual yang lebih baik dan bisa di pasarkan ke peternak lele.
b Budidaya Lele untuk Konsumsi
Bagi anda yang membudidayakan ikan lele dengan tujuan untuk di jual sebagai lele konsumsi maka sebaiknya membeli bibit berukuran 5-7 cm lebih baik lagi bibit jenis lele Dumbo. Kenapa demikian? dalam hal ini pertimbanganya adalah ukuran bibit yang sebesar itu akan akan lebih cepat tumbuh. Sehingga panen bisa berlangsung lebih cepat dalam kurun 3-4 bulan sudah bisa dipanen. Agar hasil lebih baik dan optimal, maka sebaiknya di suplay dengan memberikan makanan seoptimal mungkin. Budidaya lele untuk konsumsi lebih lebih aman dibanding pembibitan. Karena ikan dengan usia besar lebih tahan terhadap penyakit yang menyebabkan kematian.
Persiapan Pembuatan Kolam Terpal
Dalam pembuatan kolam terpal ini yang harus di perhatikan adalah jumlah populasi dan luas kolam. Untuk populasi 100 ekor lele maka luas kolam terpal yang dibutuhkan adalah (P 2m x L 1m x T 0,6m) P=panjang l=lebar T=tinggi. Nah jika ingin mengembangkan dalam jumlah banyak tinggal di kalikan saja dengan lebar tersebut. Contoh (P 4m x L 2m x T 0,6) bisa menampung 200 ekor lele dan seterusnya, yang perlu di perhatikan adalah panjang dan lebar kolam.


Bahan:
  • Terpal
  • Kayu/ batako/ papan/ tanah
  • Alat lain penunjang pembuatan kerangka
Kolam bisa dibuat dengan kayu sebagai kerangka, batako, ataupun tanah. Untuk kolam dengan tanah bisa dengan menggali lobang di tanah kemudian dilapisi terpal. Sedangkan untuk kolam dengan kerangka kayu/ papan/ batako bisa di buat di atas permukaan tanah. Sebaiknya kolam diberikan pelindung peneduh di salah satu bagian kolam. Karena lele merupakan ikan yang suka bersembunyi.
Pemeliharaan dan Perawatan
Sebelum bibit dimasukan ke kolam yang sudah jadi sebaiknya kolam di isi dengan air terlebih dahulu kemudian membuat air agar kaya akan plankton (sejenis biota air yang bisa menjadi makanan bibit). Caranya dengan memberikan pupuk kompos dari kotoran sapi kedalam air secukupnya kemudian biarkan selama tiga hari sehingga plankton bisa hidup dan berkembang.
Agar cepat berkembang sebaiknya lele juga di suplay dengan makanan berupa palet. Pemberian palet bisa dilakukan sebanyak 2 kali sehari. Namun akan lebih baik diberikan lebih dari 2 kali dengan porsi yang lebih sedikit tentunya. SElain palet bisa juga di suplai dengan makanan alami seperti bekicot, kerang, keoang emas, rayap dan lain-lain jika memang ada di sekitar kita. Makanan alami ini selain menghemat pengeluaran juga sangat bermanfaat menunjang kebutuhan gizi lele.
Pergantian air kolam juga diperlukan, meskipun lele termasuk jenis ikan yang tahan terhadap kondisi berbagai jenis air. Akan tetapi dengan kondisi air yang tidak di ganti dalam jangka waktu lama akan membuat kualitas air menjadi buruk dan bau. Tentunya akan berdampak pada munculnya bebagai penyakit yang bisa menyerang lele. Pergantian air sebaiknya dilakukan dengan membuang 10-30% air di kolam dan menambahkan jumlah yang sama, setiap seminggu sekali atau 2 minggu sekali, artinya bukan mengganti semua air.
Ketika usia lele sudah mencapai 1 bulan di kolam maka seleksi dan pemisahan harus dilakukan. Hal ini mengingat pertumbuhan lele tidak sama antara satu dan yang lainya. Dengan memisahkan lele yang terlam bat tumbuh bertujuan agar mereka tidak kalah bersaing mendapat makanan dengan lele yang telah tumbuh lebih besar. Demikian tips budidaya lele dikolam terpal agar bisa berhasil dan sukses, semoga bermanfaat.